Foto: Central Proteina Prima
Investasimu.com. Selama tiga hari terakhir, saham PT Central Proteina Prima Tbk (IDX: CPRO) menjadi pusat perhatian para pelaku Bursa. Saham CPRO yang sudah lama tertidur di level gocap tiba-tiba menunjukkan penguatan secara drastis dan ditransaksikan dalam volume jumbo. Pada sesi perdagangan pada hari Kamis (11/11), saham CPRO kembali ditutup menguat hingga 21,43% ke level Rp68 per saham.
Dalam surat kepada Bursa pada Kamis (11/11), pihak manajemen mengungkapkan bahwa Perseroan tidak tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi para pemodal. Selain itu, Perseroan juga tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu ataupun rencana untuk melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat, paling tidak dalam tiga bulan mendatang.
Hanya saja, dalam surat terpisah manajemen Perseroan menyatakan bahwa Pemegang Saham Pengendali (PSP) Perseroan, yakni Keluarga Jiaravanon akan melakukan restrukturisasi penyatuan kepemilikan saham atas Perseroan. Proses tersebut diperkirakan akan selesai dalam waktu yang tidak lama lagi.
Sebagai informasi, kepemilikan PSP dalam Perseroan saat ini terpisah ke dalam beberapa entitas yakni melalui PT Central Pangan Prima (44,91%), PT Central Pertiwi (0,19%), S.W.T. Co. Limited (0,12%) dan Iceland International Limited (0,06%), dan melalui proses restrukturisasi, kepemilikan tersebut nantinya akan disatukan. Dengan demikian, Perseroan menegaskan bahwa tidak terjadi perubahan PSP dalam proses restrukturisasi tersebut karena total kepemilikan PSP tetap sama seperti sebelumnya, yakni sebesar 45,27% dari total modal Perseroan.
Sementara itu, dari sisi kinerja Perseroan berhasil membukukan kinerja impresif hingga kuartal III 2021. Pendapatan Perseroan tumbuh 7,16% YoY menjadi Rp6 triliun. Perseroan juga berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp2,11 triliun dibandingkan raihan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat rugi sebesar Rp68,59 miliar. Pertumbuhan laba tersebut mayoritas bersumber dari keuntungan penyelesaian obligasi neto sebesar Rp1,77 triliun.
Posting Komentar